Sriwedari: Aku Tiba-tiba Ingin Menuliskanmu Lagi Setelah Sekian Lama Tidak Menuliskanmu

Sriwedari, Sudah Lama Tidak Berjumpa!

Kapan terakhir kali aku menulis tentangmu?
Rasanya, itu sudah lama sekali

Mungkinkah, itu karena aku telah benar-benar lupa padamu?
Atau kamu yang telah benar-benar melupakanku?

Lalu, mengapa tiba-tiba malam ini aku menulis tentangmu lagi?
Apakah karena intensitas interaksi kita meningkat beberapa waktu ini?

Atau, atau, atau

Sama seperti semua pertanyaan yang aku ajukan padamu, dan yang juga kamu ajukan padaku, 
Yang kita utarakan kepada bintang-bintang mati, 
Yang kita adukan kepada debu-debu di aspal yang bisu
Yang kita simpan untuk kita tanyakan satu sama lain, jika ada waktu dan dengan sengajakita tidak pernah usahakan untuk ada

Semuanya tidak mendapat jawaban, kalaupun menjawab mereka menjawab dengan jawaban tidak tahu, selalu begitu.

Sriwedari, Bagaimana Jika Seterusnya Seperti Ini Saja?

Aku ingin mengenalmu seperti ini saja,
Tanpa titel, tanpa predikat, mengenalmu hanya dengan namamu dan itu lebih dari cukup, 
Supaya mudah aku mengingatmu di kepalaku,
Dan jika pun nanti harus melupakanmu, mudah juga aku melupakanmu

Aku ingin menghubungimu seperlunya saja,
Seperti perlunya aliran sungai  menuju muara, jika memang waktunya ke sana, mereka pasti akan ke sana
Supaya tidak perlu repot-repot aku mencari topik pembicaraan yang tidak penting, dan kita bisa lebih fokus ke hal-hal yang jauh lebih penting

Aku ingin mengagumimu persis seperti dirimu itu saja
Seperti manusia yang dengan tulus mengagumi fajar, dan kelak tidak kecewa jika fajar berganti terik, dan akan kembali bahagia kala terik berubah senja
Supaya aku bisa menghafal daftar hal-hal yang aku kagumi darimu tanpa berlebihan,
Dan jika kelak aku harus berhenti mengagumimu, tidak ada kebohongan yang pernah terlintas dariku untukmu

Sriwedari, aku ingin bersamamu, seperti rencana-Nya saja, terserah bagaimana Dia menuliskan nasib kita
Seperti, seperti, yang memang seharusnya terjadi nantinya, dan yang pasti akan terjadi
Supaya, bukan, toh, jika memang seterusnya bersama menurut Dia, kita pasti akan bersama, dan demikianlah yang akan ada
Pun jika sebaliknya, pasti akan terjadi juga, jadi tidak perlu repot-repot kita memaksakan untuk selalu bersama-sama

Sriwedari, Bukankah Itu Pertanyaan Besarnya?

Aku selalu bertanya-tanya,
Mengapa kita masih bisa bersama-sama?

Padahal, aku telah lari ke utara
Dan sebaliknya, kamu berkeliaran ke selatan

Tapi, ada-ada saja hal-hal yang menarik kita
Menuju momen-momen yang membawa kita berpapasan di garis khatulistiwa

Sebetulnya, aku tidak masalah dengan itu semua
Boleh-boleh saja takdir membawa kita ke khatulistiwa

Yang membuatku kesal adalah: mengapa takdir tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang harus aku lakukan setelah kita dipertemukan di sana, di garis khatulistiwa?

Sriwedari, Apakah Kita Bisa Pergi Ke Masa Depan?

Aku perhatikan, kamu menyukai teka-teki,
Mengumpulkan kepingan momen menjadi jalan cerita yang padu dan satu

Aku? Tidak, aku membenci teka-teki!
Aku? Ya, aku benci harus menunggu!
Aku? Tidak, aku ingin tahu akhir ceritanya saja!

Bagaimana, bagaimana akhirnya?
Happy ending? Sad ending? 
Andai aku bisa mempercepat waktu, aku pasti akan mempercepatnya, supaya aku dapat segera tahu akhir cerita kita!

Alasannya? 
Sederhana saja, tentu supaya dapat mengefektifkan dan mengefisienkan perasaan, menghemat kasih sayang, dan meminimalisir ruang hati dari cinta yang tidak diperjodohkan!

Sriwedari, Aku Ingin Membacamu!

Sriwedari, aku ingin mengetahui isi hatimu
Sriwedari, aku ingin membaca perasaanmu
Sriwedari, aku ingin memahami maksud dari lagu-lagu itu
Sriwedari, aku ingin membongkar dirimu, sedalam-dalamnya, sampai ke intinya

Supaya aku tahu, adakah aku di hatimu?
Supaya aku paham, sejauh mana aku di pikiranmu?
Supaya aku yakin, haruskah aku rawat perasaan tentangmu ini, atau baiknya aku buang secepatnya saja?

Sriwedari, Sampai Kapan Kita Masih Dapat Seperti Ini?

Tidak terasa, ternyata kita sudah saling hadir sejauh itu
Kalau aku pikir-pikir, tidakkah itu sudah cukup lama?

Entahlah, intinya, saat ini: 
Aku tidak berekspektasi apa-apa tentang kehadiranku di hidupmu,
Dan tentu saja, aku tidak berekspektasi apa-apa tentang kehadiranmu di hidupku,

Aku mungkin akan tiba-tiba pergi, hilang begitu saja dari kehidupanmu, tanpa izinmu dan itu tidak apa-apa
Tentu saja, kamu sangat boleh pergi, menghilang tanpa jejak dari kehidupanku, menjadi seperti bukan siapa-siapa

Jadi, sampai kapan kita masih dapat seperti ini?
Wallahua'lam.

Sriwedari, Aku Ngantuk!

Sejauh apapun aku memikirkan apa lagi yang akan aku tulis tentangmu,
Atau sedalam apapun aku menggali kenangan-kenangan lama yang pernah terlewati bersama,
Kamu tidak akan tiba-tiba hadir di hadapanku esok hari begitu saja,
Jadi, untuk sementara, karena aku sudah mengantuk, aku akan tidur saja
Aku harap kamu pun demikian, tidurlah saja, jangan buang-buang waktu untuk memprediksikan masa depan!

Dirimu? Diriku? Perasaanmu? Peraaanku?
Kelanjutan ceritanya? Masihkah bisa bersama-sama?
Ah, itu nanti saja kita pikirkan lagi kalau ada waktu senggang,
Toh untuk saat ini kita tentu sama-sama sepaham bahwa semua itu belum saatnya dipikirkan!
Atau, jangan-jangan sudah saatnya untuk benar-benar dipikirkan, ya?
Kalau menurutmu bagaimana, beri tahu aku, sudah saatnya kah?


Comments

Popular posts from this blog

2023: Sebuah Rangkuman

Ode of A Farewell.

[[let's talk about love, once again]]