Posts

[Juwita: Bagian 1]

Part 1. Seperti bagaimana matahari terbit tanpa meminta izin kepada malam, menghadirkan begitu saja semburat fajar jingga kemerahan.  Atau begitu juga dengan gagah perkasanya awan-awan mendung menutupi cerahnya langit, menghadirkan abu-abu menyelimuti biru-biru. Kemudian bulan dan bintang tidak ditiup angin atau pun ditarik paksa oleh gelap malam, datang penuh sukarela menerangi hitam-hitam langit. Menghadirkan cahaya lembut memanjakan, meneduhkan, menemani istirahat bumi dan seluruh isinya yang kelelahan. Atau mengenai siang hari matahari tinggi-tinggi di langit, menumbuhkan bunga-bunga mempesona, meniupkan hawa panas meskipun tidak ada yang memintanya, tanpa adanya sebuah penghargaan akan betapa kuasanya menggerakkan kehidupan di tanah dan air-air. Part 2. Adalah kamu barangkali dihadirkan oleh mentari pagi, bersama merdu bunyi-bunyian burung gereja, daun-daun yang mulai berfotosintesis dan menelurkan embun-embun basah, segar udara di awal-awal hari, gelisah dan resah menunggu hilang

[[bagaimana seharusnya manusia jatuh cinta: part 2]]

[[bahkan]] aku ingin mencintaimu, bahkan ketika kau tidak pernah sama sekali mencintaiku aku ingin menyayangimu, bahkan meskipun aku tahu kau tidak pernah menyadari betapa aku menyayangimu aku ingin mengingatmu, selalu, bahkan di saat-saat kau berusaha sepenuhnya melupakan, berpura-pura tidak pernah mengenaliku aku ingin memilkimu, selamanya, bahkan ketika kau sejadi-jadinya ingin menjauh, menyingkirkanku dari pandanganmu aku ingin mendapatkanmu, bersamamu  bahkan meskipun aku jelas-jelas mengetahui bahwa kau bukanlah takdirku, dan kita memang tidak digariskan bersama namun aku tidak sekalipun terbersit untuk memaksakan semua keinginan-keinginan itu, sama sekali tidak bahkan seberapapun aku mengejar-ngejar kamu, memimpikan kamu, mendambakan kehadiranmu di hidupku, tidak akan aku paksakan semuanya itu sebab bahkan ketika kamu benar-benar memaksakan segala sesuatu dalam hidupmu, pada akhirnya: "yang menjadi milikmu, bahkan sejauh yang kau tidak mampu melihatnya sama sekali, tetap ak

[[let's talk about love, once again]]

The Quite Yet Crowded Mind. I stuck inside my own mind, Don't care about you, and other mankind, Most of the time. In the crowd, alone, both, I'm hyping inside my own crowd, vibing my personal vibe Living a life, turning myself around my own world. An abnormality? An anomaly? I don't know, and not because I want it so, I think it's just a me, a unique person, named after me. Let The DJ Turn It Up! Put your earphones, Turn on the music, listen to the marching beats! Open your eyes, See the world, color them all! Get your shoes on, Lace it up, go, run, run, run! Sharpen your pencil, Write it up, one word, become sentences, to stories! Strum your guitar,  One note, to chord, progression, and goes to albums Whatever you like, Just do it, cause you only live once, right? Don't get busy to think the risks, Be busy to take risks instead! Finish Line I don't know how this ends, For I don't know how this starts, before. I couldn't promise anything, For what's

sunshine 🌞

The Sunshine. After days of clouds , Weeks of rains , Months of storms , Here comes,  the sunshine . So, it's a finally , And a fresh start,   Perhaps, yet again, Isn't it?

2023: Sebuah Rangkuman

Bertahan Sepertinya 2023 menjadi tahun dengan jumlah Sholat Istikharah terbanyak buat gue. Sama sekali tidak ada niat untuk riya' karena ibadah yang satu ini alih-alih tampak menjadi parameter ketakwaan, buat gue sih lebih terlihat sebagai bukti betapa bingungnya gue di tahun. Beberapa momen "memilih" akhirnya memaksa gue mendekat pada Tuhan dan minta tolong dikasih petunjuk: bertahan atau melepaskan? Pada akhirnya, sejauh apapun gue berusaha melepaskan diri, ujung-ujungnya bertahan dan tidak kemana-mana juga.  Aneh, ya. Rasanya udah gak cocok sama sekali, saatnya mencari yang baru, tapi ya kalo bukan takdirnya ya gak akan kemana-mana, dan karena ini adalah takdirnya gue ya gue disini-sini aja. Melepaskan Di sisi lain, gue malah terpaksa melepaskan apa yang hidup-mati berusaha untuk gua pertahankan. Rasanya gua udah mengerahkan seluruh energi supaya yang satu ini tidak pergi, lepas, terbang, keluar dari kandangnya. Tapi, tetep aja tuh pergi begitu aja, sebegitu aja gua ha

Ode of A Farewell.

Manis Sayang, pertemuanmu denganku Juga perpisahanku denganmu, Sayang Dan jeda-jeda yang terbentang di antaranya Keduanya, akan terasa manis Semanis dirimu, semanis diriku. Bergantung bagaimana caramu mengecapnya, Tergantung seberapa banyak aku taburkan gula, Pada kenangan-kenangan, baik-baik, juga luka-lukanya. Moving On    To move on:         You have to keep moving,                 And always try to turn your lights  on. Tidak Mudah Membumihanguskan benih-benih amarah, Meredam luapan-luapan kedukaan, Menahan ledakan-ledakan penyesalan, Memenjarakan teriakan-teriakan dendam, Menerima, Merelakan, Memaafkan, Melanjutkan hidup,  Tidak mudah, Sama sekali tidak mudah, Selamanya tidak akan pernah terasa mudah. Namun itulah, seperti itulah, Sejatinya seni perpisahan Mengajarkan untuk tetap melangkah, Membimbing untuk selalu menolak berhenti, menyerah Menunjukkan jalan-jalan ke depan yang pasti lebih indah Menghidupkan hidup, sekeras apapun kenyataan besikeras untuk mematikannya  Hening Tiad

[Mengenai Hal-hal Tersebut]

Manusia yang Lupa Jika benar jurnal-jurnal ilmiah itu: bahwa manusia mudah lupa; mengapa tentangmu, sudah sampai selama ini, aku masih tidak bisa lupa?