Posts

Bagian yang Sulit, yang Mana?

Mudah saja semuanya, Aku kirimkan pesan padamu, Lalu kita bertemu, memesan dua gelas kopi susu Kemudian kita bertukar kabar, diri, keluarga, kucing, semuanya Kita bercakap-cakap sampai dua gelas kopi datang Aku minum duluan, memintamu selanjutnya minum Beberapa saat, dengan suatu pengalihan topik Aku katakan padamu, "Aku jatuh cinta padamu, bagaimana denganmu?" Yang sulit, Adalah segalanya tentang setelah itu, Kamu menolakku, cerita selesai buat kita, Namun luka dan kenangan tetap tinggal, Rasa bersalah, penolakan, harapan, semua tidak menyenangkan Lalu selanjutnya kita saling canggung, Penuh resiko Yang lebih sulit, Adalah jika kamu membalasnya, perasaan itu Aku harus apa, aku bingung, aku tidak siap Aku pecundang saat ini, dan tidak bisa melakukan apapun Kita tidak hidup dengan rasa percaya dan kata cinta saja, Hati mungkin terpaut, tapi perut harus selalu kenyang, Rasa tetap tinggal, namun jika hujan kita tetap perlu rumah Lagi pula, aku bukan bangsat yang menyatakan cinta...

Memerangi Diri Sendiri

Mengenai apa yang terjadi,  Sesungguhnya mengajarkan kita,  Bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri,  Benar, kan? Bukankah perang ini adalah tentang kepatuhan, Keimanan, kepercayaan, prinsip-prinsip Perang ini melawan persepsi kita sendiri, Pemikiran pribadi, pakai atau tidak pakai? Pemahaman diri, pergi atau tinggal disini? Silahkan berperang, pada diri sendiri Tapi sialnya, perang ini, apapun keputusanmu Tetanggamu, keluargamu, ikut mati karenamu Perang ini sungguh sialan, Tapi lebih sialan diri kita sendiri, Yang gagal berperang dengan diri sendiri

Demikianlah Itu

Aku mencintaimu, Ya, aku jatuh cinta kepadamu Dan sekali aku jatuh cinta, Itu akan selalu, seperti itu Dan sebagai bentuk tanggung jawab dariku, Aku berjanji untuk selalu ada, untukmu Tolong panggil aku jika kamu membutuhkanku Karena demikianlah jatuh cinta menurutku Dan bagiku, jatuh cinta bersifat satu arah,  Selalu begitu, dan mungkin memang benarnya yang itu Maka dari itu, aku jatuh cinta kepadamu adalah urusanku Perasaanmu? Jatuh cintamu? Terserahlah kamu Begitulah kira-kira, yang ingin aku sampaikan Tentang aku untukmu, perasaan itu untukmu Untuk kamu, kamu, dan kamu

Multikampus Pukul Satu Pagi

Teman-teman, suatu waktu, karena rapat tertentu, saya pernah pulang dari kampus pukul satu dini hari. Bayangkan, pukul satu pagi, di Jatinangor, dan berjalan kaki, sungguh bukan suatu momen yang ingin kalian rasakan. Sepagi itu, multikampus sepi dan sunyi, yang terdengar hanyalah suara desir angin, desis ular, dan cekikikan teteh Kunti yang bergelantungan di pohon-pohon tinggi dekat Lab kehutanan Di perjalanan, untuk mengusir rasa seram dan sepi, saya mulai menenggelamkan diri dalam alunan musik di earphone dan berjalan cepat-cepat menuju kamar saya Namun, langkah saya terhenti oleh suatu tepukan di pundak, dan bisikan lenbut di belakang telinga saya: "Hayang kamana, Kang?" Dada saya terguncang, napas saya tersengal, dan kaki saya kaku diam di tempat, saya kumpulkan keberanian dan menjawab: "Abdi bade ke kamar, ulah ganggu abdi atuh, teh...". Kemudian, tiba-tiba saja sosok itu berjalan ke depan muka saya, saya tidak akan pernah melupakan tatapannya sampai saat ini, ...

Sketsa 1: Konser

Suatu sore, matahari malu-malu dan mendung cenderung mengambil alih peran pengendali langit. Macet dimana-mana karena di kota ini memang sudah seharusnya jalanan selalu begitu. Dia terduduk di bangku ke delapan dari depan, berbaju rapi dan rambut klimis, wangi, dan gugup. Dipegangnya selebaran tiket konser yang sudah diperhitungkan dengan baik kapan mulai dan berakhirnya, dan dia semakin tidak tahu pasti akan seperti apa.  Dia suka musik, tapi keramaian bukanlah sahabat buatnya. Namun, kehadiran yang satu itu jelas mengikat minatnya pada konser secara serta merta. Ah, jika diputar lagi waktu secara terbalik, konyol sekali dia ketika menyetujui tawaran untuk menghadiri konesr itu. Di waktu sibuk, sore hari, dan kegilaan lalu lintas diterjangnya secara senyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Lampu merah menjadi hijau dan rambu lalu lintas baginya tidak berarti apa-apa kecuali ingin segera sampai. Dua jam, dia tiba di gedung itu, baru pertama kali ke sana dan tidak ada rencana untuk ke...

Tentang Berpuisi, Tentang Cinta, dan Berpuisi Tentang Cinta

Kamu melarangku untuk berpuisi tentangnya Katamu: membuang-buang waktu, mendistraksi, merusak Jelasmu: belum waktunya, bukan saatnya, nanti saja Aku?  Seperti biasanya, percaya! Seribu persen melaksanakan amanah, Aku berhenti, keluar, stop, menjauh dari menulis demikian Puisi-puisi kugubah, yang sudah ada kuhapus, yang sudah di kepala dibuang jauh Lalu, kau tahu apa? Ternyata itu semua memang baik, Aku senang, kamu senang, beberapa saat Aku bersyukur, berterimakasih lah kita satu sama lain Tidak apa-apa kecuali apa-apa yang baik Sampai suatu hari, Kamu jatuh cinta, Kamu membuang-buang waktu, Kamu terdistraksi, Kamu... Kamu... Kamu menerima fitrahmu sebagai manusia, dan itu sebenar-benarnya benar, semoga... Tapi, ada baiknya kusampaikan saja Karenanya, karena perusakan yang dibuat cinta padamu, Aku tidak percaya lagi sama kamu,  Ya, kamu dan seluruh jenismu Manusia dan anak cucunya!

Aku, Berhenti untuk Percaya Manusia, dan Fitrah Kita Semua

Aku, mulai sekarang, harusnya sejak lama sekali Aku, berhenti berharap pada manusia Aku, berhenti percaya, mendengarkan, lebih-lebih mengiyakan Kini, aku jauhi kata pesan, berpesan, memberi, menerima, semua dibuang jauh-jauh Sebab apa? Sebabnya manusia memang sudah sepantasnya tidak untuk diharapkan, dipercaya, dan lain-lain!