Posts

Showing posts from 2021

Permasalahannya Adalah Aku Inginnya Kamu, Itu!

1. Menyertaimu Secinta-cintanya kamu padanya, sesayang-sayangnya Tidaklah serta merta membuatnya kejatuhan kewajiban 'tuk mencintaimu Tiadalah titah Tuhan yang mengharuskan dia menyayangimu juga Satu pun aturan tidak ada yang mewajibkan itu, ingatlah itu, pahamilah! Yang pasti adalah, jika dia mencintai laki-laki (atau perempuan) lain, Itu adalah hak asasinya, dilindungi oleh Undang-Undang, norma, adat istiadat Lalu misalnya dia menikah tidak denganmu, beranak-pinak bukan bersamamu,  Jelas itu wewenang dia dan Tuhannya, bukan urusanmu, bukan kehendakmu, jelas! Maka, sebelum terlambat menempatkan hatimu pada seseorang, Ketahuilah tiada kepastian dia akan menyertai hatimu itu dengan hatinya juga Yang satu pasti adalah bahwa Tuhan yang akan selalu menyertaimu, hatimu, dirimu, selalu Maka sertakanlah Tuhan dalam hatimu, saat mencintai, menyayangi, bawalah Dia, kemana-mana, mintalah petunjuk dari-Nya, mintalah untuk ditunjuki ke jalan-jalan yang diridhai-Nya, cukup itu saja. 2. Percuma

Suara-Suara

1. Suara Rahim Ibu Tidak ada suara, Sepi. 2. Suara Alam Kubur Sunyi, sunyi, sunyi, Diam, diam, diam. 3. Suara-Suara Yang ku takutkan bukan suara-suara tinggi Namun, sunyi, senyap, yang menerkam bunyi-bunyi Suara itu, suara saat ku tak bisa bersuara, Suara-suara diam, suara-suara, mati

Dialog

1. Bila Bila suatu saat cerita ini berakhir, Dan kau berkata padaku: "Aku pergi dulu, tanpaku, kamu gapapa kan?" Sambil menatapku, tersenyum tipis-tipis bidadari Maka aku akan berkata, tegas-tegas: "Gak, aku gak gapapa, aku papa, papa sekali" Di dalam hati, kepada kodok yang melintas, Di becekan jalan berlubang tempat kita berpisah. 2. Mewarnai Pelangi Kau bertanya padaku: "Apakah mungkin kita melukis awan?" "Bisakah kita mencorat-coret langit?" "Atau mengatur bentuk tetes hujan?" Aku jawab dengan jujur: "Kita bisa melukis awan, mencorat-coret langit" "Mudah pula mengatur bentuk tetes hujan" "Bahkan, kita bisa mewarnai pelangi jika kau ingin!" Kau bingung: "Bagaimana mewarnai pelangi, dia sudah berwarna!" Aku jawab: "Kita ganti saja warnanya, sesuka kita, bisa kok!" Aku dan kau terdiam, tertawa kecil,  Sembunyi-sembunyi di kamar kita, sendiri-sendiri, Bercorak otak bergaris-garis khayal,

Radiasi Sinar Gamma

Usik Sik, asik, usik-usik, asik Lu asik, gua santai Lu usik, gua bantai Asik-asik, anjay Bebas Burung-burung terbang bebas, Manusia, pria dan wanita, do  seks bebas Ronaldo mengambil tendangan bebas Sebebas-bebasnya kalian sajalah! Bebas, bebas, aku bebas, kawan-kawan, bebas! Tenggelam Redup lampu, awan yang kelabu Pikiranku, hatiku, rinduku, jadi satu Tenggelam aku dalam kamar pilu-pilu  Bersama mimpi-mimpi, musim salju-salju Kemarau, biru, hijau, waktu-waktu yang berlalu One , two , three ,  four, five, and now I'm twenty two Sajak Telekomunikasi Media sosial menghubungkan kita, mensatukan yang dua, mesk lebih sering menduakan yang satu Karena tanpa mereka, di ruang nyata, kita malu bersapa, di aslinya, dia biasa bisu diam-diam saja Yang tadinya panjang-panjang kata, jadi enggan bertegur tertawa, awkward  aslinya, yang tadinya wkwkwk Kita terbuka di dunia maya, berlindung di balik layar cerah memanjakan mata, di dunia nyata, kita tidak bisa berlindung lagi, lelah tampil apa adany

Nada-Nada Cinta: Sekumpulan Sajak

I. Sajak Ingin Aku Tanyakan Padamu Ini adalah sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya Ini sudah di ujung jari, di ujung lidah, di ujung seluruh ujung ragaku Ingin betul rasanya aku paksakan, beranikan diri untuk bertanya: "Apakah kamu masih sendiri?" "Jika tidak, dengan siapa kamu saat ini?" "Sudah sejauh mana hubunganmu?" "Apakah masih ada ruang untukku?" "Mungkinkah aku menyatakan rasa kepadamu?" "Akankah hadir balasan yang sama dari kamu?" Setiapnya telah matang dipikirkan, tinggal disampaikan Bisa aku tanyakan itu padamu, atau temanmu, teman dekatmu yang aku kenal Ah, banyak sekali alternatif...  Tapi kenapa aku tidak mampu menanyakan itu semua? Mungkinkah sejatinya aku takut pada jawabannya, Atau, aku sudah tahu jawabannya dan tidak ingin menanyakannya, Atau, atau, atau, atau, atau, banyak sekali pula alasanku ini! II. Nada-Nada Cinta Nada-nada itu kadang bersenandung damai Lain hari bergemuruh berisik menggangguku Melodinya m

[Stuck]

Zzz, zzz, zzz And several words, and Zzz, zzz, zzz And a little part of a book chapter, and Zzz, zzz, zzz Oh, I really love Z, Zzz, zzz, zzz Even though my progress is still in A I am stuck, at the moment,  With you: lazinezzz, zzz, zzz Zzz, zzz, zzz The progress you are calling: is not answering Tuttt, tuttt, tuttt, Ah, hufffttt, and zzz, zzz, zzz.

[Kebanggaan]

Jika memang kebanggaan terletak pada kemampuan terbang, Maka albatros patut berbangga, dan dia tidak berbangga Jika berenang membuat patut untuk berbangga, Maka paus sperma patut berbesar hati, tapi tidak lah begitu hati paus sperma Jika lah berlari adalah syarat bangga, Maka cheetah sudah sombong kesana kemari, menginjak bumi dengan tinggi diri Tapi nyatanya pun tidak lah cheetah peduli tentang kebanggaan, berlari adalah masalah fungsi Jika memang kebanggaan adalah klaim bebas tanpa arti, atau skema melindungi diri, Maka manusia patut lah sombong diri, berbangga, karena tanpa itu semua, dia mati, gagal melindungi diri, dikucilkan masyarakat, dibuang, ya tetap ujung-ujungnya mati juga.

[Dalam Lipatan Baju]

Aku simpan rasa-rasa dalam diriku, semuanya aku simpan Dikumpulkan satu-satu, tidak ada yang boleh tercecer Aku letakkan di atas meja, aku hitung pelan-pelan supaya tidak ada yang terlupa Rasa suka, rasa penasaran, rasa kecewa Rasa manis, rasa asam, rasa rendang, rasa mi goreng rendang Rasa-rasanya aku cinta, tapi kenapa dia tidak merasa, juga aku bawa Lepas itu, aku sadari bahwa mereka tidak muat di kantongku Aku simpan sebagian di balik topiku, yang lain di kantong celana Semua kantong, di dalam topi, diisi rasa-rasa Kemudian aku gunakan semua bagian yang bisa menyimpan: Kotak amal, bank, brankas perusahaan, penyimpanan awan, kartu memori, Tetangga yang suka menyimpan gosip juga kutitipkan rasa, minta dijaga baik-baik, tapi bocor juga Namun, sudahlah hampir seluruh dunia kutitipkan rasa-rasa dalam aku, semua kerabat sudah aku minta bantuan,  Tapi tetap saja tersisa satu, besar luar biasa, sulit aku menyimpannya Akhirnya, aku simpan dia di dalam lipatan bajuku, tempat hatiku berada, 

Bagian yang Sulit, yang Mana?

Mudah saja semuanya, Aku kirimkan pesan padamu, Lalu kita bertemu, memesan dua gelas kopi susu Kemudian kita bertukar kabar, diri, keluarga, kucing, semuanya Kita bercakap-cakap sampai dua gelas kopi datang Aku minum duluan, memintamu selanjutnya minum Beberapa saat, dengan suatu pengalihan topik Aku katakan padamu, "Aku jatuh cinta padamu, bagaimana denganmu?" Yang sulit, Adalah segalanya tentang setelah itu, Kamu menolakku, cerita selesai buat kita, Namun luka dan kenangan tetap tinggal, Rasa bersalah, penolakan, harapan, semua tidak menyenangkan Lalu selanjutnya kita saling canggung, Penuh resiko Yang lebih sulit, Adalah jika kamu membalasnya, perasaan itu Aku harus apa, aku bingung, aku tidak siap Aku pecundang saat ini, dan tidak bisa melakukan apapun Kita tidak hidup dengan rasa percaya dan kata cinta saja, Hati mungkin terpaut, tapi perut harus selalu kenyang, Rasa tetap tinggal, namun jika hujan kita tetap perlu rumah Lagi pula, aku bukan bangsat yang menyatakan cinta

Memerangi Diri Sendiri

Mengenai apa yang terjadi,  Sesungguhnya mengajarkan kita,  Bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri,  Benar, kan? Bukankah perang ini adalah tentang kepatuhan, Keimanan, kepercayaan, prinsip-prinsip Perang ini melawan persepsi kita sendiri, Pemikiran pribadi, pakai atau tidak pakai? Pemahaman diri, pergi atau tinggal disini? Silahkan berperang, pada diri sendiri Tapi sialnya, perang ini, apapun keputusanmu Tetanggamu, keluargamu, ikut mati karenamu Perang ini sungguh sialan, Tapi lebih sialan diri kita sendiri, Yang gagal berperang dengan diri sendiri

Demikianlah Itu

Aku mencintaimu, Ya, aku jatuh cinta kepadamu Dan sekali aku jatuh cinta, Itu akan selalu, seperti itu Dan sebagai bentuk tanggung jawab dariku, Aku berjanji untuk selalu ada, untukmu Tolong panggil aku jika kamu membutuhkanku Karena demikianlah jatuh cinta menurutku Dan bagiku, jatuh cinta bersifat satu arah,  Selalu begitu, dan mungkin memang benarnya yang itu Maka dari itu, aku jatuh cinta kepadamu adalah urusanku Perasaanmu? Jatuh cintamu? Terserahlah kamu Begitulah kira-kira, yang ingin aku sampaikan Tentang aku untukmu, perasaan itu untukmu Untuk kamu, kamu, dan kamu

Multikampus Pukul Satu Pagi

Teman-teman, suatu waktu, karena rapat tertentu, saya pernah pulang dari kampus pukul satu dini hari. Bayangkan, pukul satu pagi, di Jatinangor, dan berjalan kaki, sungguh bukan suatu momen yang ingin kalian rasakan. Sepagi itu, multikampus sepi dan sunyi, yang terdengar hanyalah suara desir angin, desis ular, dan cekikikan teteh Kunti yang bergelantungan di pohon-pohon tinggi dekat Lab kehutanan Di perjalanan, untuk mengusir rasa seram dan sepi, saya mulai menenggelamkan diri dalam alunan musik di earphone dan berjalan cepat-cepat menuju kamar saya Namun, langkah saya terhenti oleh suatu tepukan di pundak, dan bisikan lenbut di belakang telinga saya: "Hayang kamana, Kang?" Dada saya terguncang, napas saya tersengal, dan kaki saya kaku diam di tempat, saya kumpulkan keberanian dan menjawab: "Abdi bade ke kamar, ulah ganggu abdi atuh, teh...". Kemudian, tiba-tiba saja sosok itu berjalan ke depan muka saya, saya tidak akan pernah melupakan tatapannya sampai saat ini,

Sketsa 1: Konser

Suatu sore, matahari malu-malu dan mendung cenderung mengambil alih peran pengendali langit. Macet dimana-mana karena di kota ini memang sudah seharusnya jalanan selalu begitu. Dia terduduk di bangku ke delapan dari depan, berbaju rapi dan rambut klimis, wangi, dan gugup. Dipegangnya selebaran tiket konser yang sudah diperhitungkan dengan baik kapan mulai dan berakhirnya, dan dia semakin tidak tahu pasti akan seperti apa.  Dia suka musik, tapi keramaian bukanlah sahabat buatnya. Namun, kehadiran yang satu itu jelas mengikat minatnya pada konser secara serta merta. Ah, jika diputar lagi waktu secara terbalik, konyol sekali dia ketika menyetujui tawaran untuk menghadiri konesr itu. Di waktu sibuk, sore hari, dan kegilaan lalu lintas diterjangnya secara senyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Lampu merah menjadi hijau dan rambu lalu lintas baginya tidak berarti apa-apa kecuali ingin segera sampai. Dua jam, dia tiba di gedung itu, baru pertama kali ke sana dan tidak ada rencana untuk ke san

Tentang Berpuisi, Tentang Cinta, dan Berpuisi Tentang Cinta

Kamu melarangku untuk berpuisi tentangnya Katamu: membuang-buang waktu, mendistraksi, merusak Jelasmu: belum waktunya, bukan saatnya, nanti saja Aku?  Seperti biasanya, percaya! Seribu persen melaksanakan amanah, Aku berhenti, keluar, stop, menjauh dari menulis demikian Puisi-puisi kugubah, yang sudah ada kuhapus, yang sudah di kepala dibuang jauh Lalu, kau tahu apa? Ternyata itu semua memang baik, Aku senang, kamu senang, beberapa saat Aku bersyukur, berterimakasih lah kita satu sama lain Tidak apa-apa kecuali apa-apa yang baik Sampai suatu hari, Kamu jatuh cinta, Kamu membuang-buang waktu, Kamu terdistraksi, Kamu... Kamu... Kamu menerima fitrahmu sebagai manusia, dan itu sebenar-benarnya benar, semoga... Tapi, ada baiknya kusampaikan saja Karenanya, karena perusakan yang dibuat cinta padamu, Aku tidak percaya lagi sama kamu,  Ya, kamu dan seluruh jenismu Manusia dan anak cucunya!

Aku, Berhenti untuk Percaya Manusia, dan Fitrah Kita Semua

Aku, mulai sekarang, harusnya sejak lama sekali Aku, berhenti berharap pada manusia Aku, berhenti percaya, mendengarkan, lebih-lebih mengiyakan Kini, aku jauhi kata pesan, berpesan, memberi, menerima, semua dibuang jauh-jauh Sebab apa? Sebabnya manusia memang sudah sepantasnya tidak untuk diharapkan, dipercaya, dan lain-lain!

Doa-Doa Yang Tidak Terkabul

Aku berdoa mendapat yang cantik Tapi yang cantik sudah dengan yang ganteng Doaku tidak terkabul Aku berharap meraih si baik Tapi yang baik sudah dengan yang lebih baik Doaku tertolak lagi Aku berekspektasi untuk si kaya Tapi orang kaya selalu mencari yang lebih, lebih, terus Doaku tidak sampai, atau ekspektasiku berlebih? Aku berdoa mendapat anak kedinasan Tapi anak kedinasan, dekatnya ya sama anak angkatan Ingin dapat calon dokter, tapi sudah dengan dokter-kakak tingkatnya Yang lebih muda, inginnya sepantaran, atau jauh lebih tua Memang sebaiknya aku ini tidak berekspektasi Jangan beresolusi, lebih baik diam dan tidak berdoa Berharap-harap juga sebaiknya dijauhi, utamakan pesimis Kuatkan jiwa realistis, lalu menjalani hidup sebagaimana mestinya Atau sebaliknya? Aku yang salah berdoa, aku yang tidak percaya pada-Nya Aku yang terlalu mengejar padahal memang belum waktunya Memang, sabar itu mutiara Dan sudah pasti,  Berdoa untuk mendapatkan bimbingan dari-Nya, adalah sebaik-baik doa Apal

Jalan Setan

Jalan Setan Jangan ikuti jalan setan Karena remangnya membuatmu tenggelam Dan terangnya menghilangkan kesadaran Kutipan Tere Liye Katanya, Dikatakan atau tidak dikatakan Itu tetap cinta Maka aku memilih diam Normal Baru Hidup ini ditengarai akan mencapai normal baru Namun bumi berputar tetap pada porosnya Siang dan malam tidak bertukar waktu Kesimpulannya, jangan melangkahi Yang Mahatahu Terlebih, sebaiknya tidak perlu merasa paling tahu Lebih Adalah Kurang Semakin merasa lebih, maka semakin berkurang Semakin merasa kurang, maka semakin berlebih Dan manusia, kurang lebih Kadang lebih, kerap kurang, berputar dan terperdaya di sana Berburu Ada yang berburu harta Lainnya berburu tahta Pria berburu wanita Wanita berburu pria Semuanya berburu,  Lupa kalau mereka diburu Oleh diri mereka sendiri Sekarang, tinggal menunggu Siapa yang mati duluan? Dirimu, atau dirimu? Novel Misteri Hidup ini penuh misteri Dan untuk memecahkannya, ada dua cara Pertama, berhenti hidup Kedua, menjadi penulis novel