Bandung, Betul, Dia yang Bertanggungjawab Atas Sajak-Sajak Ini, Salahkanlah Dia!

Kartu Ucapan

Dia selalu menunggu hari spesialmu
Entah hari ulang tahunmu, hari wisudamu,

Supaya dia bisa memberimu sebuah kartu ucapan,
Diisinya kartu ini dengan ucapan selamat, doa, dan terutama: ungkapan cinta tersembunyi, 

Maka terima lah kartu ucapan darinya,
Bersama kata-kata di sana, ada hati di dalamnya,

Maka terima lah kartu ucapannya,
Dan jawablah segenggam harapan, yang terkubur di sana

Alfabet

Pelayan itu menumpahkan sepiring alfabet, acak-acak
Kuambil dari sana, sejumlah alfabet, sejumlah namamu

Yang terambil vokal semua, disusunnya;
Tetap jadi namamu

Lain waktu konsonan semua, disusunnya;
Masih jadi namamu

Selanjutnya, q, x, z, y, p, entah mengapa tanpa disusun;
Yang muncul, namamu kembali

Aku Pegang Tanganmu Sepanjang Jalan Itu

Dan kubisikkan bahwa aku mencintaimu,
Lalu kueratkan pegangan tanganku, erat-erat

Dan kusampaikan bahwa aku menyayangimu,
Kau senderkan bahumu di bahuku, lemah dan lembut

Dan kau tanyakan padaku: 
"Jika begitu, mengapa kau tidak segera menikahiku?"

Dan kau tanyakan padaku:
"Jika begitu, mari memulai rumah tangga bersamaku!"

Dan kuteriakkan keras-keras dalam hatiku,
"Aku tidak seyakin itu, belum sesiap itu, aku hanya mencintaimu, hanya ingin memanfaatkanmu saja!"

Dan kau teriakkan keras-keras di hadapanku:
"Makhluk sial, kau hanya memanfaatkan rasa cintaku saja kalau begitu, kau tidak gentle, payah!"

Dan, aku akui, mencintaimu seperti ini, bukti bahwa aku laki-laki yang sedang kepayahan, dan tidak layak mendapatkanmu.

"Aku bodoh, ku biarkan waktuku terbuang denganmu, ku serahkan wajahku padamu setiap malam padahal belum tentu kau memilihku, cinta telah membuatku tolol, aku tolol, kamu tolol, kita terjebak oleh setan supaya mencintai dengan cara yang tolol!", jeritmu keras-keras

"Maafkan aku, hatiku tak terkendali, nafsuku padamu duhai sayangku sungguh tidak dapat dibatasi", sayupku

Dan kamu, dan aku, semakin erat berpegangan, berboncengan dengan peluk-memeluk, bertelepon sampai larut malam, bercanda-canda, dengan setan laki-laki dan setan perempuan tertawa-tawa di belakang kita, "Hihihihihi, Hihihihihi, Hihihihihi", bercinta mereka bersama-sama dengan kita, double date!!!

Siklus

Aku meletakkan hatiku padamu,
Yang lain pun demikian, kepadamu,
Dan kamu memilih yang lain itu,
Lalu kepadanya hatimu bersandar,
Aku berusaha melepaskan hatiku padamu,
Kemudian aku meletakkan hatiku padamu,
Kemudian kamu meletakkan hatimu pada dia-dia lainnya,
Terus saja begitu, membentuk siklus yang bodoh.

Menelepon

Malam ini, aku berencana meneleponmu
Tidak, tidak, tidak jadi, sepertinya tidak jadi

Karena terakhir kali aku meneleponmu kala itu
Yang ku dapat malah fakta bahwa sebaiknya aku tak pernah meneleponmu lagi

Karena terakhir kali aku meneleponmu kala itu
Yang ku dapat malah fakta bahwa meneleponmu akan sia-sia saja nantinya

Karena terakhir kali aku meneleponmu kala itu
Yang ku dapat malah fakta bahwa kala lainnya tidak akan datang lagi untuk memberikan kesempatan bagiku

Lalu, tiba-tiba, kau meneleponku
Dan ku sampaikan yang di atas, kepadamu, supaya kau juga tahu bahwa kau dan aku sudah tidak mungkin lagi menelepon satu sama lain, kurang lebih begitu.








Comments

Popular posts from this blog

2023: Sebuah Rangkuman

Ode of A Farewell.

[[let's talk about love, once again]]