Manusia, Hati, dan Perempuan (terutama kamu).

Namanya Juga Manusia

Setiap harinya, aku melihat keanehan, kegilaan
Bahkan per detik, ada saja hal-hal luar biasa terjadi
Dari tangan, kaki, dan terutama kepala manusia
Kadang hal-hal terjadi untuk kebaikan, lainnya keburukan
Sebagian besar luar biasa, lainnya biasa saja
Tapi semuanya sulit untuk dirasionalisasikan

Lalu pada saat-saat tertentu, aku terdiam sejenak
Pada diam itu, aku bersedih, dan bingung sekali
Benakku teriak, "Mengapa mereka begini, atau begitu?"
Atau berbisik, "Teganya mereka, biadab sekali yang itu!"
Sampai bulu kudukku berdiri, bangkit dari ketenangannya
Hingga saraf-saraf otakku berhenti, linglung, mace
Aku berusaha mencari alasan dan penjelasan, tidak ada

Akhirnya, aku menyerah, kuserahkan saja penjelasan atas semua itu dengan kalimat: 
"Yah, namanya juga manusia".

Kalau mereka anjing, pasti tidak begitu, tapi begini
Kalau mereka amoeba, pasti tidak begini, tapi begitu
Karena mereka manusia, maka mereka begini dan begitu

"Yah, namanya juga manusia, tidak ada yang paham tentang mereka, bahkan diri mereka sendiri pun tidak".

Namanya Juga Hati

Selalu, setiap waktu, aku berkonflik dengan hatiku sendiri:
Aku rencanakan satu dua kebaikan, hatiku berkehendak keburukan, maka tenggelamlah aku di sana;
Aku berusaha memanfaatkan waktu, hatiku menjerumuskanku dalam YouTube dan Instagram, sudah lah waktu terbuang;
Aku ingin pergi melupakannya, hatiku membawaku pada mimpi bersama dengan perempuan itu, luluhlah semua usaha melupakan dia

Ayolah, adakah yang tahu cara berdamai dengan hati? 
Agar supaya dia harmonis dengan niat-niat positif kita, alih-alih membawa pada pertengkaran batin
Mestilah benar pernyataan bahwa konflik internal jauh lebih mengerikan dari konflik eksternal
Jangankan untuk menghadapi orang lain, pada hati sendiri saja sulit untuk berdamai

Ada waktu-waktu memang ketika aku dan hati harmonis, seiya sekata dalam hidup, tapi jaranglah itu terjadi
Lebih seringnya kami saling membolak-balik argumen satu sama lain
Setiap hari ada saja perang dingin antara otak dan hati, antara aku dan hati, antara tubuh ini dan hati

Lalu ku tanya pada diriku, kenapa begitu membingungkannya hati ini? 
Dan jawabannya: 
"Yah, namanya juga hati"
"Yah, namanya juga hati, labil dan mudah terbolak-balik"
"Yah, namanya juga hati, berhati-hatilah dengannya"

Namanya Juga Perempuan

Sulit untuk dimengerti, sama sekali aku tidak mengerti
Atau justru sebaliknya, aku lah yang terlalu meminta untuk dimengerti, berekspektasi tinggi sekali, hingga perempuan tak pernah mengerti apa mauku?
Entahlah, intinya, aku dan perempuan tidaklah amat-amat bersahabat, terutama denganmu, tidak sama sekali, kan?








Comments

Popular posts from this blog

2023: Sebuah Rangkuman

Ode of A Farewell.

[[let's talk about love, once again]]