Indikator

Hati sejatinya adalah sebuah indikator, Sahabatku.
Dia itu seperti kertas lakmus yang membedakan antara asam dengan basa suatu larutan.
Atau, seperti lampu yang mengindentifikasi level keelektrikan larutan yang sama.

Perbedaannya, hati membedakan: baik dan buruk, salah dan benar, untung dan rugi, dan yang sejenisnya.
Pertanyaannya: dalam uji asam basa, indikatornya adalah perubahan warna kertas lakmus; dalam uji keelektrikan, indikatornya adalah nyala dan matinya lampu; kalau hati, indikatornya apa dalam proses kategorisasinya?

Begini, sepengetahuanku—dan pengetahuanku amat sangat sedikit, setidak-tidaknya ada dua indikator yang menjadi petunjuk bagi hati dalam mengambil keputusan.

Oke, mari kita asumsikan aktivitas, perasaan, atau keputusan-keputusan sebagai suatu larutan yang akan diidentifikasi oleh hati baik dan buruknya. Kita lewatkan hal-hal tersebut pada hati kita, dan kita akan cek termasuk golongan mana hal-hal tersebut dengan indikator hati berikut:

1. Kedekatan.
Mari kita cek hati kita, setelah bertemu dengan "larutan" yang sedang diuji: 

Apakah membuat hati semakin dekat dengan Sang Pencipta?; apakah membuat hati senantiasa ingat kepada Dia?: atau apakah larutan itu menjadikan hati ingin senantiasa semakin banyak beribadah kepada-Nya?

Jika jawabannya iya, maka "larutan" ini tiadalah akan membawa hati kecuali kepada kebaikan, keselamatan, dan ketenangan yang berkelanjutan. 

Adapun jika sebaliknya, "larutan" ini membuat: hati makin jauh dari Allah, hati menjadi lupa kepada-Nya, dan malah semakin dekat pada hal-hal yang tidak disukai-Nya, maka kecelakaan lah yang akan menanti hati kita.

2. Kegelisahan
Mari kita cek hati kita, setelah bertemu dengan "larutan" yang sedang diuji: 

Apakah membuat hati ini menjadi sering gelisah?; apakah dengannya hati merasa tidak tenang dalam menjalani hidup, seperti dikejar-kejar sesuatu yang menakutkan?; atau apakah hati menjadi takut ketahuan orang jika kepergok menggunakan larutan itu?

Jika jawabannya iya, maka jauhilah "larutan" tersebut sebisa mungkin, karena yang demikian tidak akan membawa kebaikan pada diri kita.

Namun, di antara itu semua, cobalah kita ingat kembali firman Tuhan:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” 
(Qs. ar-Ra’du: 28).

Yang demikianlah sejatinya indikator terbaik bagi hati dalam membedakan baik dan buruk, yaitu dengan menyandarkan keputusan hati berdasarkan pada ingat dan lupanya dia kepada Tuhan.

Wallahua'lam bis shawwab

Comments

Popular posts from this blog

2023: Sebuah Rangkuman

Ode of A Farewell.

too fall, too love.