Perahu Kecil di Samudera yang Luas

Hati kita ini seperti perahu kecil,
Yang berusaha berlayar di samudera luas,
Dia rapuh, tidak berdaya, lemah, inkonsistensi,
Sedikit saja ada gelombang, bisa karam tenggelam
Ditiup angin sedikit lebih besar dari sepoi-sepoi, bisa hilang arah jauh dari tujuan

Duhai, Saudaraku
Pantaslah kadang hati hari ini pergi ke kanan, besoknya tersesat di kiri, lalu kita bertanya: "Loh, kok begini?!"
Mudah saja bagi samudera hawa nafsu membuat kita tersesat jalan begitu, karena ya memang hati ini lemah

Duhai, Saudaraku
Jelaslah feasible untuk melihat kekasih (dalam konteks kekasih yang halal) pagi ini cantik sekali, sorenya kita berseru: "Wah, kamu berubah begini, sayang!"
Enteng saja bagi angin-angin inkonsistensi setan berhembus merubah preferensi akan kecantikan

Kini betul sekali paham kita tentang betapa lemahnya hati ini. Maka mungkin sebaik-baiknya, kita harus segera nih mencari bala bantuan, yang jauh lebih kuat. Kita perlu banget yang namanya pelindung hati, kompas penunjuk hati kepada jalan kebaikan, yang begitu-begitu perlu tuh!

Sudah gila lah orang yang tahu dirinya lemah, hatinya lemah, tapi masih mengutamakan hati itu dalam bergerak dan berkeputusan, sedang dia pun tahu hawa nafsu bisa membawanya ke salah-salah yang besar.

Sombong betul orang-orang yang mengerti betapa rapuh dan mudah rusaknya dirinya, namun masih menganggap dia tidak membutuhkan apapun dan siapapun untuk membantunya bertahan di jalan yang benar dan menyelamatkan.

Sayangnya, manusia itu kebanyakan gila dan sombong— kombinasi dua sifat buruk yang hadir ketika diri hanya bersandar pada hati yang penuh kendali samudera hawa nafsu dan angin-angin bisikan setan yang terkutuk.

Comments

Popular posts from this blog

2023: Sebuah Rangkuman

Ode of A Farewell.

[[let's talk about love, once again]]