Posts

Showing posts from 2022

too fall, too love.

i just haven't met you yet! --- about love:  some of my personal opinions, many of my points of view, all of me, for you. --- I really hate the idea of searching for a better one.  for if I do that, I'm afraid to find them ones. --- here are some reasons, why im still waiting for you:  you are a lady that I'm worth waiting for, or if it ain't so, then im just a dumb. waiting for you, for no reason. and its a no prob, because im just a dumb. --- god has no fair. he let me fall in love with you, while he doesn't give the same for you. what in the hell does he want me to do with that feeling, then? --- god is bad, he let me fall too deep in the wrong ocean, drowning slowly to the bottom of it. or maybe he actually, just do good instead, for if i never drown to the wrong ocean, i never know which ocean i should dive in. --- love let you do many magical things: many sacrifices that you always wonder the reasons why; many actions that you never wonder how; and, many fates

Jatuh Cinta, dan Titik Koma

Jatuh Cinta, dan Titik Koma Seandainya jatuh cinta sesederhana: "Aku jatuh cinta padamu, titik". Pasti semua orang akan jatuh cinta! Sayangnya, jatuh cinta tidak berhenti pada titik, Dia berlanjut dengan koma, titik dua, tanda tanya, tanda seru, titik koma, kutip satu, kutip dua, rasa percaya, pembuktian, komitmen, persiapan yang matang, forecast keuangan, rencana keturunan, menyamakan persepsi dua pasang orang tua, menyikapi selisih di antara keluarga, menyiapkan mental, menguatkan fisik, belajar tentang sistem reproduksi manusia, mendalami ilmu agama, menyatukan dua insan, dan lain-lainnya. Sedemikian sehingga, jatuh cinta menjadi rumit sekali. Jadi, hey, kamu! Mengapa masih memilih jatuh cinta? Untuk apa repot-repot seperti itu, hah?! Titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, kata penghubung, kutip satu, kutip dua, dan seterusnya! Alasan Jatuh cinta tidak perlu alasan,  karena dia adalah alasan itu sendiri. Tenggelam Mencintaimu seperti menenggelamkan di

Burung, Meteor, dan Benda Lain yang Terbang di Atas Kepalaku: A Special Release.

Prolog. Sudah lama rasanya tidak menjadikan media kata-kata untuk mengungkapkan isi kepala dengan sejujurnya. Malam ini, aku ingin sekali mengulang itu semua, seperti dulu ketika menulis bukan hanya masalah menyampaikan keresahan, namun juga untuk menghilangkan beban-beban pikiran. Sesederhana menceritakan tentang burung, meteor, dan benda lainnya yang melintas, terbang di atas kepala. Berisik Mungkin kamu juga pernah merasakan ini: Ketika kepalamu sungguh berisik, riuh, ricuh, kacau Terlalu gaduh di sana, sampai membuat dirimu terdiam di tengah keramaian, atau tulis di tiap-tiap obrolan Atau memaksa dirimu buta pada dunia luar, hitam saja, seolah tidak ada apa-apa di luar itu. Semuanya bukan karena kamu menginginkannya. Sebatas, dan dibatasi oleh berisiknya isi kepalamu sendiri saja, seperti sudah sumpek sekali di sana, dan dirimu terjebak di dalamnya, bersama dirimu sendiri, dan pikiranmu sendiri, terus-menerus. Setidaknya begitulah aku, dan mengapa cukup bagiku berada di kamarku sen

Tau gak, sih?

Menyederhanakan Kebahagiaan Aku pikir, akan sangat membahagiakan Jika seseorang mampu menyederhanakan bahagianya Dia permudah dirinya untuk bisa bahagia, Misalnya dengan tidak menggantungkannya pada orang lain, cukup pada diri sendiri saja Atau bisa melalui tidak menyandarkannya pada besarnya upah per bulan, cukup pada rasa syukur dengan yang ada Lainnya, dengan tidak menunda-nunda kebahagiaan itu sendiri sampai waktu tertentu, bahagia saja sejak saat ini juga, sebisa-bisanya Ah, betapa bahagianya! Merumuskan Kecantikan Anggaplah kecantikan datang dari fisik, Oke, anda tidak setuju? Juga dari hati? Bolehlah Tidak cukup sampai disitu katanya, Ada lagi? Akhlak yang indah, tutur kata yang lembut? Terserah anda saja Yang jelas, jika ada yang cantik, Lalu dia sungguh-sungguh malu-malu, Melangkah dengan ragu-ragu, tersipu-sipu Maka malu-malu itulah pangkat dari kecantikan yang sudah ada, mengalikan kecantikan itu berkali-kali lipat, menjadi jauh lebih bernilai harganya! Bagaimana kalau kecan

Perempuan Hujan: Bagian 1

  PEREMPUAN HUJAN: BAGIAN 1 0. Perempuan Hujan (Karya "The Rain") Perempuan hujanku lagu ini untukmu Lewat cara indahmu kau menyelamatkan aku Bila hujan menyapa hangat hati terasa Di rinai dan derasnya ada senyummu di sana Jika nanti aku pergi dengarlah bait janji ini Dan biarlah musim berganti kau tersimpan di hati Bila hujan menyapa hangat hati terasa Di rinai dan derasnya ada senyummu di sana Jika nanti aku pergi dengarlah bait janji ini Dan biarlah musim berganti kau tersimpan di Kau tersimpan di uh kau tersimpan di hati Perempuan hujanku lagu ini untukmu I. Menemukanmu Aku menemukanmu begitu saja, di tengah rindangnya pepohonan, ketika langit mulai abu-abu kehitaman, dan dari sana turun rintik-rintik hujan, seperti itu, dan aku masih ingat betul rasanya menemukanmu. II. Kehilanganmu Aku pernah menemukanmu, lalu kemudian kamu pergi meninggalkan, Dan aku berkali-kali menunggumu, untuk selanjutnya yang ditunggu tiada pernah datang, Juga aku beberapa kali kehilanganmu, berha

Untuk Tidak Menjadi Orang-Orang yang Brengsek

1. Tanah Lahir Sejujurnya, aku benci dengan tempatku dilahirkan. Lebih dalam lagi benciku pada tempatku dibesarkan. Air yang kotor, udara penuh polusi, panas yang menggila setiap hari, dan tidak ada habis-habisnya isu korupsi, kolusi, dan nepotisme kerajaan feodal yang sangat amat pandang bulu itu. Yah, aku sangat membencinya, semuanya yang dimilikinya, dikandung di dalamnya, rasa-rasanya tidak ada baik-baiknya dia selama ini padaku. Tapi bagaimanapun juga, aku hidup di dalamnya. Menjadi seperti ini karena campur tangannya, bertahan di bumi karena disokong sana-sini sana-sini miliknya juga. Dan pada akhirnya, seburuk-buruknya dia, dia setidak-tidaknya masih cukup baik untuk memberikan orang brengsek sepertiku yang kerjanya hanya mengeluhkan keadaan untuk tetap makan, minum, dan muntab dari perutnya. Maafkan aku, tanah lahirku, tanah tempatku besar. Aku membencimu, sangat-sangat membencimu. Aku jijik dengan dirimu, marah, kesal, segala-galanya perasaan negatif kuberikan padamu. Dan teri

Sriwedari: XXX

Sriwedari: XXX Mana mungkin tiada rasa, jika melihatmu berlalu saja, sudah membuatmu bahagia Mana mungkin aku mampu menahan perasaan suka, kala kuingat momen-momen kita bertatap mata, atau waktu kuputar kembali masa kita berdua,  berdiskusi tentang apakah satu tambah satu selalu adalah dua Dan kini aku pikir kita sudah cukup lama berjalan, untuk saling mengetahui dengan jelas apa yang masing-masing ingin sampaikan Namun, apa yang bukan waktunya maka biarlah bukan waktunya Kemudian yang bukan takdirnya maka biarlah bukan takdirnya Tidak mengapa sama sekali, tidak apa-apa, sama sekali tidak apa-apa Aku tidak tahu apakah aku akan menemukanmu, lagi Jika saja ini adalah akhir, mungkin memang ini yang terakhir Ingat-ingatlah pesanku, duhai Sriwedari, perempuanku: Jadilah perempuan yang baik hatinya, cantik akhlaknya Pahamilah apa-apa yang belum engkau pahami Maknailah semua yang telah kau lalui dengan makna-makna paling penuh arti Kuatkanlah hatimu, untuk menghadapi segala yang akan terjadi 

unconsidered dangerous situations

you know what? it's not always the bad things, that lead to the bad things sometimes, the good things can lead to the same way not only the bad ones but also become dangerous things unconsidered dangerous things and you don't know about them unless you face them in your life since I was a little,  no one tells me that I'm wrong, false, bad, stupid, weak everyone always said that I'm right, strong enough, smart  oh, you're perfect, you're a good boy, you're the best and now it's very hard for me to criticize myself its almost impossible for me to accept the fact that I'm the wrong one,  I'm the one that makes mistakes, the one that should be punished, and I always deny it now, those you're right opinions, lead me to be a denial person, every time,  cause deep inside my heart, lying under my brain, there is an ego that tells me: I'm the perfect one. while I'm very far away from that and I don't know how to upgrade myself. since I wa

Sriwedari: Aku Tiba-tiba Ingin Menuliskanmu Lagi Setelah Sekian Lama Tidak Menuliskanmu

Sriwedari, Sudah Lama Tidak Berjumpa! Kapan terakhir kali aku menulis tentangmu? Rasanya, itu sudah lama sekali Mungkinkah, itu karena aku telah benar-benar lupa padamu? Atau kamu yang telah benar-benar melupakanku? Lalu, mengapa tiba-tiba malam ini aku menulis tentangmu lagi? Apakah karena intensitas interaksi kita meningkat beberapa waktu ini? Atau, atau, atau Sama seperti semua pertanyaan yang aku ajukan padamu, dan yang juga kamu ajukan padaku,  Yang kita utarakan kepada bintang-bintang mati,  Yang kita adukan kepada debu-debu di aspal yang bisu Yang kita simpan untuk kita tanyakan satu sama lain, jika ada waktu dan dengan sengajakita tidak pernah usahakan untuk ada Semuanya tidak mendapat jawaban, kalaupun menjawab mereka menjawab dengan jawaban tidak tahu, selalu begitu. Sriwedari, Bagaimana Jika Seterusnya Seperti Ini Saja? Aku ingin mengenalmu seperti ini saja, Tanpa titel, tanpa predikat, mengenalmu hanya dengan namamu dan itu lebih dari cukup,  Supaya mudah aku mengingatmu di

Bertambah Tua.

Prolog Aku dapat yakinkan pembaca bahwa kumpulan tulisan-tulisan di dalam "Bertambah Tua" dapat kalian asumsikan sebagai karya-karya non-fiksi. Benar sekali, dalam kumpulan kali ini, aku berusaha untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang kuperoleh mengenai "Bertambah Tua" itu sendiri. Tentu saja pemikiranku bisa berseberangan dengan kalian, dan itu terserah kalian saja akan seperti apa menyikapinya. Selamat bertambah tua setiap detiknya, pembaca! Tidak Bertambah Dewasa. Akhir-akhir ini aku semakin mengaminkan pernyataan yang menegaskan bahwa bertambah tua tidak berarti bertambah dewasa. Aku merasa bahwa meskipun aku bertambah umur, perubahan-perubahan yang aku rasakan tidak sedemikian signifikan, terlebih kerap kali perubahan itu justru berkaitan dengan hal-hal buruk atau tidak penting saja. Misalnya, aku rasa semakin bertambah tua, yang berubah dariku adalah fakta bahwa aku lebih peduli pada kulit wajahku sehingga aku rutin menggunakan skincare atau sebatas kewe

Melati Dan Lain-Lain

Daun Pintu Aku bangkitkan tubuhku dari kursi, Lalu dilangkahkan kakiku menuju daun pintu, Terbukalah, dan terbukalah pintu kamarku, Seketika, angin sejuk Bandung mengusap wajahku, Dia, bersama gradien temperatur antara kamarku dan udara luar, Memberikan sensasi tertentu yang sulit dijelaskan. Oleh angin, dan sekumpulan air di dalamnya, Dibawalah aku terbang, pelan-pelan, melintas awan Naik, turun, melintasi tempat-tempat, semakin jauh Maju, mundur, menembus garis-garis waktu, masa kini, nanti, masa lampau Aku berputar-putar bersama mereka, ditemani benda-benda langit Menjelajahi Bandung, menjelajahi dunia, semuanya Berlawanan Arah Jarum Jam Aku putar arlojiku berlawanan arah jarum jam Supaya bisa kutatap kembali masa lalu, jauh-jauh Dan ku perhatikan betapa Tuhan telah banyak menolongku Sedang tanpa-Nya, aku sudah pasti berkali-kali "tidak tertolong lagi" Aku putar tubuhku berlawanan arah jarum jam, mabuk, mabuk Supaya mampu kuberanikan diri mengingat dosa lampau itu Dan ku p

Tentang Awal-Akhir

Bertemu Kapan kita dapat bertemu? Berbicara, panjang dan lebar Memutuskan akhir, menciptakan awal Supaya bila bersama, kita dapat berjalan bersama Supaya bila tidak bersama, kita dapat tidak berjalan bersama Mendebat Takdir Dia mendebat takdir Tuhan, Menyalah-nyalahkan bumi dan isinya, Mengutuk teman sejawat yang lebih hebat, Membanding-bandingkan diri dengan yang lain, Supaya luntur keyakinannya, pupus harapannya, dan mati Persimpangan Kita pertama bertemu di persimpangan Hujan-hujan, mendung, berlarian di persimpangan Berpapas-papasan berkali-kali di persimpangan  Bertatap-tatap malu di persimpangan Berdiam-diam diri saja di persimpangan Menyia-nyiakan setiap kesempatan di persimpangan Akhirnya kita berpisah di persimpangan Memulai awal baru masing-masing di persimpangan Oh, persimpangan, penuh kenangan,  Awalku, awalmu, akhirku, akhirmu, di persimpangan Pada Awal, Pada Akhir Pada awalnya, mendung turun dan gelap Pada akhirnya, turun hujan, rintik atau deras                         

Cinta, Cinta, Cinta

Keliru Bahkan Pada Hal-Hal yang Sederhana Manusia, makhluk yang lemah itu, di sana itu. Dia amatlah bodoh, sampai-sampai dia bisa keliru bahkan pada hal-hal yang mudah saja. Misalnya, tentang cinta. Kau tahu, betapa banyak mereka yang jatuh cinta dengan motif yang keliru, atau setidaknya tertukar. Mereka tidak mampu membedakan: Yang mana, Mencintai Dia karena dia, Dengan yang mana, Mencintai dia karena Dia. Lalu bagaimana membedakan antara dua itu? Simpel saja teorinya, sulit aplikasinya: Jika mencintai Dia karena dia, maka manusia-manusia itu akan lebih dekat kepada dia, ingatnya hanya kepada dia, alih-alih kepada Dia. Bahkan bukan tidak mungkin, manusia itu malah menjauh dari Dia, karena ingin dekat dengan dia, malah pergi dari Dia, demi menjemput dia. Jika memang mencintai dia karena Dia, maka manusia-manusia secara sadar akan berusaha dekat sedekat mungkin kepada Dia, alih-alih memikirkan dia terus-terusan. Bahkan, pun ketika Dia tidak menghendaki dia menjadi milik manusia itu, man

Tuhan, Maaf Aku Telah Dzalim Pada Diriku Sendiri

Berdoa Aku sibuk berdoa, memohon perihal keinginan-keinginan yang tampak menyenangkan Sampai-sampai, aku lupa bahwa Tuhan hanya memberikan apa-apa yang aku butuhkan, Dan yang demikian lah yang terbaik, lagi kelak menjadi sumber ketenangan satu-satunya QS. Al-Qasash: 24 رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." Astaghfirullahaladziim . Bersabar Bersabar tidak semudah kelihatannya, atau diucapkannya, atau terdengarnya Jauh dari itu semua, bersabar sangatlah sulit dan butuh konsistensi level tinggi Rasulullah ﷺ bersabda,  "Sabar itu ada empat macam; sabar dalam menjalankan fardu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia, dan sabar dalam kefakiran." Bersabar lah dalam menjalani yang benar,  Bersabar untuk menjauhi yang salah,  Bersabar menangkal pengaruh buruk lingkungan,  Bersabar dalam menghadapi musibah dan kesulitan yang tampak tia

Puteri Malu dan Satria Baja Hitam.

Puisi Untuk Perempuanku Yang Malu-Malu Hai, perempuanku Dimana pun kamu saat ini, Siapa pun kamu yang sebenarnya, Kapan pun kamu tiba kepadaku, Aku ingin berpesan kepadamu: Tingkatkan lah sebisa-bisanya rasa malumu, Tutuplah wajahmu dari mereka yang bukan mahrammu, Jadikan malu-malu sebagai pelindung dirimu, Panjangkanlah tudungmu sampai menutupi dadamu, Malu lah pada kehormatan yang harus kau jaga, Longgarkan lah pakaianmu supaya tidak berlekuk dia dibuatnya mengikuti tubuhmu, Malu lah pada Tuhan Yang Mahakuasa, yang memuliakan derajatmu, Perempuanku Jauhkan dirimu dari bertemu, bercengkrama, apa pun itu dengan sejenisku yang bukan mahrammu, lindungi dirimu, aku mohon sekali! Sehingga: Semoga kau dijauhkan dari yang mengurangi hormatmu, Semoga kau dilindungi dari yang merusak keindahanmu, Semoga kau dibentengi Tuhan dari laki-laki yang menyesatkan, yang nafsunya dia umbarkan dalam kata-kata manis, ajakan-ajakan bertemu tanpa maksud yang jelas, dan yang mengikatmu dalam ikatan tanpa ta

Meriang: Merindukan Kasih Sayang

  I. Merindukan Kasih Sayang Temanku, di antara seluruh jenis manusia di muka bumi, remaja tanggung seperti kita adalah yang paling mudah meriang. Panas, dingin, berkeringat, demam, tidak jelas gejalanya, namun dirasakan setiap hari. Terkadang sudah menjaga pola tidur, makanan, rutin berolahraga, masih saja kerap tiba-tiba meriang menyerang. Rupa-rupanya, setelah kita coba perhatikan kembali, meriang ini bukanlah suatu penyakit raga, melainkan penyakit dalam hati: meriang, alias merindukan kacih chayanq .  Seringkali diri kita dihinggapi perasaan untuk mendapatkan kasih sayang, mulai dari orang tua, teman kerja, teman kuliah, tetangga, keluarga besar. Bahkan, hati ini inginnya dikasihi seluruh makhluk hidup termasuk kucing jalanan atau bunga kertas di pinggir tol. Perasaan ini selanjutnya mayoritas berakhir menjadi bumerang bagi hati dan diri kita. Harapan yang tinggi untuk dikasihi dan disayangi seringnya berakhir tragis. Mereka yang diharapkan mengasihi, ternyata sama sekali tidak pe